6 Tahapan Analisis Risiko (Risk Analysis) Dalam Manajemen Perusahaan

6 Tahapan Analisis Risiko (Risk Analysis) Dalam Manajemen Perusahaan

Setiap rencana dan tindakan pasti memiliki risiko. Tak terkecuali dalam dunia bisnis, segala perencanaan (business plan), pengelolaan proses bisnis (business management), hingga pengukuran kualitas (brand audit) dan kinerja bisnis (business benchmarking) akan memiliki tingkatan risikonya masing-masing (risk appetite). Maka dari itu, setiap pemilik bisnis dari berbagai niche dan ukuran (perusahaan startup, UKM/UMKM, hingga perusahaan besar) perlu melakukan analisis risiko atau bahasa bekennya risk analysis.

Analisis risiko bukanlah hal remeh yang bisa perusahaan abaikan, apalagi saat perusahaan tersebut dalam tahap menumbuhkan pangsa pasar bisnis secara berkelanjutan (business continuity). Sebab dengan perannya, perusahaan dapat secara proaktif menetapkan bentuk dan tingkat risiko yang mungkin akan mereka alami dalam setiap langkah mencapai tujuan dan target bisnis.

Baik selama proses identifikasi kompetitor (competitive analysis), analisis strategi pemasaran (marketing analysis) dan penjualan (sales analysis), hingga perkiraan biaya pelaksanaan bisnis (cost benefit). Sehingga, perusahaan senantiasa mampu menganalisis kekuatan bisnisnya secara menyeluruh (contohnya dengan Porter’s Five Forces dan Total Quality Management).

Lantas, sebenarnya apa itu analisis risiko dan apa perannya dalam keberlangsungan pengembangan bisnis yang sukses? Serta bagaimana cara atau tahapan yang akan pemilik bisnis lalui dalam proses analisis ini?

Apa Itu Risk Analysis?

Sesuai nama istilahnya, risk analysis adalah proses analisis dan identifikasi risiko atau potensi masalah yang berdampak negatif terhadap bisnis perusahaan. Baik itu pada segmen target pelanggan (customer analysis) hingga segmen pasar bisnis (market analysis).

Strategi analisis ini menjadi bagian dari perencanaan manajemen risiko pada perusahaan atau enterprise risk management dan keseluruhan analisis bisnis yang wajib dilakukan oleh manager proyek. Sebab, dengan begitu perusahaan dapat memprediksi proses bisnis yang merugikan perusahaan (business forecast) dan terhindar dari segala kemungkinan yang akan merugikan bisnis.

Baca Juga:

Bahkan, melansir dari laman situs TechTarget, analisis risiko akan membantu perusahaan dalam mengevaluasi apakah risiko-risiko pada bisnis dapat menjadi faktor penting dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Dan juga menjadi langkah lanjutan dalam perencanaan bisnis, seperti perencanaan sumber daya perusahaan (ERP), penjualan (sales plan), pemasaran (marketing plan), dan permintaan prospek (demand planning).

digital marketing agency

Kendati demikian, perlu Anda ingat pula bahwa analisis risiko bukanlah ilmu pasti. Sehingga penting sekali untuk Anda rutin melacak risiko sepanjang siklus hidup bisnis (business life cycle). Misalnya pada proyek pengembangan software (SDLC) atau produk bisnis lainnya (product life cycle).

Cara Risk Analysis

Cara Risk Analysis

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa risk analysis perlu dilakukan secara berulang dan diperbarui tergantung tren pasar, transformasi digital bisnis, atau segala ancaman pendatang baru dengan masing-masing daya saing bisnisnya.

Supaya penerapan analisis risiko dapat menghasilkan nilai terbaik yang bermanfaat bagi bisnis (value proposition), Anda dapat mengimplementasikan salah satu dari dua cara utama, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini penjelasannya.

1. Kuantitatif

Pada metode kuantitatif, umumnya manager proyek akan melakukan serangkaian proses simulasi dan statistik dari pengaruh risiko yang teridentifikasi pada proyek secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan risiko bisnis, target biaya (total fixed cost), dan lingkungan bisnis terbaik secara deskriptif (descriptive analysis).

Manager proyek akan memasukkan variabel acak ke dalam model risiko agar dapat menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan bisnis dan input analisis awal. Nantinya, output tersebut akan dianalisis dengan grafik, analisis skenario, dan analisis sensitivitas yang akurat untuk memudahkan pengambilan keputusan bisnis dan pendokumentasian prediksi keuangan perusahaan (dengan financial statement atau financial report).

Baca Juga:

2. Kualitatif

Risk analysis secara kualitatif adalah dasar untuk analisis risiko kuantitatif yang mengacu pada business analytics. Sebab, dengan analisis kualitatif, manager proyek perlu mengumpulkan data terkait terlebih dahulu agar dapat menilai risiko menggunakan visualisasi data dari proyek sebelumnya secara preskriptif (prescriptive analysis). Serta menggunakan hasil perkirakan dampak dan nilai probabilitas untuk setiap risiko pada skala atau matriks risiko.

Skala yang digunakan biasanya diurutkan dari nol sampai satu. Artinya, jika kemungkinan risiko yang terjadi di proyek adalah 0,5, maka ada kemungkinan 50% untuk risiko-risiko tersebut akan terjadi.

Setelah melaksanakan seluruh identifikasi dan analisis data risiko, anggota tim akan ditunjuk sebagai pemilik risiko untuk setiap risiko. Mereka bertanggung jawab untuk merencanakan respons risiko dan mengimplementasikannya.

Tahapan Proses Analisis Risiko (Risk Analysis)

Setelah memahami cara-cara terbaik dalam risk analysis, Anda juga perlu ketahui urutan tahapan proses analisis risiko yang inMarketing rangkum berikut ini.

1. Survei Penilaian Risiko

Pertama-tama, lakukan survei penilaian risiko atau risk assessment. Sebab, survei ini menjadi langkah penting dalam mulai mendokumentasikan risiko atau ancaman tertentu dalam setiap departemen (business case). Dapatkan input data awal dari manajemen dan kepala departemen.

2. Identifikasi Risiko

Langkah ini sangat penting untuk mengevaluasi sistem informasi bisnis atau aspek IT perusahaan lainnya. Dengan begitu, Anda dapat menemukan jawaban seputar apa saja risiko yang akan memengaruhi software, hardwarre, data, dan karyawan.

3. Analisis Risiko

Setelah identifikasi risiko selesai, barulah Anda bisa memulai serangkaian proses analisis risiko dengan salah satu atau kedua cara di atas. Gunanya untuk menentukan kemungkinan terjadinya setiap risiko, konsekuensi yang terkait dengan setiap risiko, dan bagaimana risiko tersebut dapat memengaruhi tujuan proyek.

4. Buat Rencana Manajemen Risiko

Berdasarkan analisis aset bisnis mana yang berharga dan ancaman mana yang mungkin akan mempengaruhi aset tersebut secara negatif. Analisis risiko harus menghasilkan rekomendasi pengendalian yang dapat digunakan untuk mengurangi, mentransfer, menerima, atau menghindari risiko.

5. Terapkan Rencana Manajemen Risiko

Tujuan akhir dari risk analysis adalah untuk menerapkan langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi risiko. Dimulai dengan risiko dengan prioritas tertinggi, selesaikan atau setidaknya mitigasi setiap risiko sehingga risiko tersebut tidak lagi menjadi ancaman. Jangan lupa untuk terus pantau dan kelola risiko dengan tepat.

Demikian informasi yang bisa inMarketing sampaikan seputar risk analysis atau analisis risiko. Kesimpulannya, dengan melakukan analisis risiko, perusahaan dapat mengidentifikasi untuk kemudian membandingkan keseluruhan dampak risiko yang dapat terjadi pada bisnisnya. Alhasil, bisnis perusahaan akan tumbuh lebih stabil (growth strategy) dan mencapai target atau visi-misinya (corporate communication).

Apabila Anda selaku pemilik bisnis sedang berencana menumbuhkan bisnis sekaligus mengevaluasi keseluruhan proses bisnis, maka Anda bisa gunakan layanan inMarketing sebagai digital marketing agency terbaik di Indonesia.

Kami akan membantu bisnis Anda dengan penerapan strategi digital marketing yang paling sesuai dengan tren saat ini. Mulai dari inbound marketing, social media marketing, growth hack marketing, 360 digital marketing, dan data driven marketing.

Baca Juga:

inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.