Dalam setiap proses pengembangan produk atau product development, tentu tujuan utamanya adalah membuat end user merasa puas dengan kualitas produk tersebut. Inilah sebabnya membuat user persona menjadi hal penting dalam product strategy maupun proses bisnis secara keseluruhan. Gunanya adalah untuk menggambarkan apakah produk tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan user dan memenuhi market orientation.
Kendati demikian, hingga kini masih banyak pelaku bisnis (bahkan marketer dan tim sales) yang belum bisa membedakan end user dengan customer. Padahal, mengetahui perbedaan keduanya adalah hal penting untuk menentukan strategi bisnis yang paling efektif.
Melalui artikel berikut ini, simak apa itu end user, perbedaannya dengan customer, serta cara membuat produk yang end-user friendly.
Apa Itu End User?
Melansir dari Investopedia, pengguna akhir atau end user adalah pengguna yang tahu cara menggunakan dan memanfaatkan sebuah produk dalam kehidupannya. Secara sederhana, istilah ini bisa kita artikan sebagai setiap individu yang menggunakan produk atau layanan dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya jika sebuah produk tidak memiliki pengguna akhir, maka produk tersebut gagal memenuhi ekspektasi dan tidak sesuai dengan kebutuhan target pasar. Sehingga dalam proses pengembangan produk, penting bagi tim developer untuk memikirkan apa saja kebutuhan user mereka.
Oleh karena itu, biasanya product developer membutuhkan user persona untuk merepresentasikan user ideal yang akan menggunakan produk tersebut (bersifat user-oriented). Gunanya adalah untuk menciptakan produk dengan user experience yang efektif untuk menunjang kesuksesan produk di pasar dan kelangsungan bisnis kedepannya.
Biasanya, istilah end user ini kerap digunakan dalam industri dengan niche bisnis yang terkait dengan teknologi. Misalnya software engineering dan SaaS. Industri-industri ini akan sangat memerlukan persona dari pengguna akhir dalam proses SDLC (sofware development life cycle).
Baca Juga:
- 7 Faktor Keberhasilan User Experience yang Wajib Anda Ketahui
- 7 Langkah Circles Method untuk Kesuksesan Product Development
Perbedaan End User dengan Customer
Secara sekilas definisi end user memang hampir serupa dengan customer. Bahkan perusahaan juga perlu membuat persona untuk meningkatkan experience. Sama halnya dengan membuat buyer persona dalam proses marketing strategy dan marketing plan guna menciptakan customer experience yang efektif.
Namun, sebenarnya kedua istilah ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Melansir dari SendPulse, berikut ini adalah perbedaan antara keduanya:
- End user : Merupakan seseorang yang belum tentu melakukan transaksi pembelian suatu produk atau layanan dalam sales process maupun melalui tahapan pemasaran. Namun, mereka adalah orang yang menggunakan produk atau layanan tersebut.
- Customer : Adalah seseorang yang melakukan transaksi pembelian terhadap suatu produk dan melalui tahapan sales funnel. Namun sebaliknya, belum tentu mereka akan menggunakan produk tersebut.
Contohnya adalah seorang pria yang membeli ponsel baru untuk anaknya. Ini berarti, pria tersebut adalah seorang customer karena ia melakukan transaksi pembelian ponsel. Sedangkan anaknya adalah pengguna terakhir atau end user yang menggunakan ponsel tersebut.
Tips Membangun Produk yang End User Friendly
Sebagaimana pemaparan di atas, kepuasan pengguna menjadi tujuan utama dari pengembangan suatu produk. Oleh sebab itu, penting untuk memastikan bahwa produk yang Anda ciptakan atau kembangkan tersebut bersifat end-user friendly atau ramah end-user.
Mengutip dari Indeed, berikut ini adalah beberapa tips untuk membangun produk atau layanan yang ramah bagi pengguna :
1. Ketahui Kebutuhan Mereka
Langkah pertama sudah tentu adalah mencari tahu tentang kebutuhan pengguna. Sebab, Anda tidak mungkin menciptakan suatu produk yang tidak memiliki nilai atau manfaat (value based) untuk pengguna, bukan?
Artinya, Anda perlu melakukan market research atau riset market terlebih dahulu guna mengetahui kebutuhan mereka. Caranya adalah dengan mengumpulkan informasi tentang pengguna yang bisa Anda gunakan sebagai insights dalam proses pengembangan produk.
Ketahui pula apa yang menjadi kesulitan atau masalah (pain point) yang mereka hadapi. Sehingga, produk yang Anda kembangkan bisa menjadi solusi atas apa yang mereka butuhkan. Hasilnya, produk pun akan lebih mudah mendapatkan posisi di pasar.
Baca Juga:
- Pentingnya Market Development dan Langkah Pengembangan Strateginya
- Manfaat Product-Led Growth, Strategi yang Jadikan Kualitas Produk sebagai Ujung Pemasaran
2. Kumpulkan Feedback
Feedback atau umpan balik dari pengguna adalah bagian penting dalam proses pengembangan produk. Sebab dengan feedback ini, Anda bisa melakukan evaluasi, perbaikan, atau peningkatan pada produk. Gunanya adalah agar produk Anda semakin menarik minat dan meningkatkan demand generation di pasar.
Anda bisa mendapatkan feedback ini melalui berbagai cara. Misalnya melalui survei kepada pengguna atau melakukan wawancara di berbagai saluran pemasaran. Contohnya melalui email marketing, social messaging, dan lain sebagainya.
Saat Anda sudah mendapatkan feedback, segera kumpulkan semua informasi tersebut sebagai bahan untuk proses pengembangan produk. Melalui feedback ini, Anda bisa mengetahui masalah pengguna dengan lebih valid, hingga mendapatkan ide baru seputar fitur-fitur produk yang akan dikembangkan.
3. Melakukan Pengujian atau Testing
Langkah berikutnya adalah melakukan pengujian atau testing. Anda tidak mungkin melakukan product launch dan memproduksi suatu produk dalam jumlah masif tanpa mengujinya, bukan?
Sebab jika Anda tidak melakukan pengujian terlebih dahulu, maka Anda tidak akan mengetahui apakah produk tersebut sesuai dengan permintaan pasar dan ekspektasi user.
Salah satu testing yang bisa Anda terapkan adalah usability testing. Yaitu melihat secara langsung bagaimana user berinteraksi atau menggunakan produk yang Anda kembangkan. Jenis pengujian ini juga bisa Anda lakukan melalui survei, wawancara, atau metode lainnya.
4. Membuat User Persona
Dalam pembahasan di atas, telah kita singgung mengenai pentingnya membuat user persona dalam proses pengembangan produk. Tujuannya adalah untuk memposisikan diri kita sebagai user yang akan menggunakan produk tersebut. Apakah produk tersebut sudah sesuai dengan keinginan user, atau malah justru jauh dari ekspektasi.
Demikian adalah pembahasan mengenai end user, perbedaannya dengan customer, serta tips untuk menciptakan produk yang ramah pengguna. Ininya, pengguna akhir merupakan target utama dari proses pengembangan produk.
Untuk menciptakan produk yang user-oriented, maka perlu adanya pemahaman mendalam seputar siapa yang akan menjadi pengguna akhir dari produk tersebut. Tujuannya adalah agar produk sesuai dengan kebutuhan pasar, serta mampu mengatasi kesulitan yang pengguna hadapi. Dengan demikian, perusahaan bisa meningkatkan sales growth dan keuntungan (profit) untuk pertumbuhan bisnis.
Di sisi lain, Anda juga bisa memanfaatkan layanan digital marketing agency yang dapat membantu meningkatkan penjualan dan mengembangkan bisnis. Beberapa strategi marketing yang bisa diimplementasikan adalah growth hack marketing, inbound marketing, 360 Digital Marketing, serta Data-driven marketing agar perusahaan semakin berkembang pesat.
Baca Juga:
- Memahami Growth Strategy dan Perbedaannya dengan Growth Hacking
- 6 Tahapan Product Life Cycle Untuk Perencanaan Sales Terbaik
inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.