Proses pengembangan software atau produk perangkat lunak (product development) tidak akan terlepas dari penggunaan metode SDLC atau Software Development Life Cycle.
Melansir dari Glints, pada dasarnya SDLC adalah proses bisnis perusahaan yang software engineer dan developer lakukan dalam mengubah dan membuat sistem, model, serta metodologi untuk mengembangkan suatu software.
Berkat penerapan suatu metode SDLC, perusahaan dapat merencanakan strategi pengembangan produk (product strategy) yang memiliki product value tinggi namun biaya produksinya rendah (fixed cost). Dengan begitu, perusahaan berkesempatan tumbuh (business growth) dan berkembang (business development) sesuai ekspektasi pengguna (user experience) atau stakeholdernya serta mengalami peningkatan penjualan.
Namun, perlu Anda ketahui bahwa SDLC memiliki banyak jenis metode yang akan membantu proses pengembangan produk sesuai jenis software dan niche bisnis. Kira-kira apa saja metode-metode SDLC tersebut?
Macam Metode SDLC (Software Development Life Cycle)
Pada artikel kali ini, inMarketing akan menjelaskan secara singkat beberapa jenis metode SDLC yang mana masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Selain itu, meskipun pendekatan prosesnya mungkin berbeda di antara model, setiap metodologi memiliki tujuan untuk memungkinkan tim pengembangan menciptakan perangkat lunak berkualitasi tinggi (product-led growth) dengan cara yang hemat biaya dan cepat.
Baca Juga:
- 7 Langkah Circles Method untuk Kesuksesan Product Development
- Memahami Product Insights sebagai Aspek Penting dalam Product Value dan Development
Berikut ini kami rangkum 5 metode SDLC yang paling populer sepanjang masa.
1. Waterfall : Metode SDLC Pertama
Waterfall adalah metodologi SDLC pertama dan tertua yang masih digunakan oleh developer hingga sekarang. Umumnya, metode ini terdiri dari beberapa fase produksi (product life cycle), seperti:
- Analisis kebutuhan
- Perencanaan
- Desain arsitektur
- Pengembangan software
- Pengujian (testing)
- Deployment atau peluncuran produk (product launch)
- Maintenance atau pemeliharaan
Metode ini memiliki pendekatan langsung di mana tim pengembangan proyek (business analysts, arsitek, developer, dll) akan menyelesaikan satu fase pengembangan software pada satu waktu. Sehingga setelah satu fase selesai dilakukan, maka tim harus segera memulai fase berikutnya menggunakan informasi dari fase sebelumnya untuk bergerak maju.
Kelebihan Metode Waterfall:
- Semua masalah pengembangan dapat diteliti dan dikelola dalam fase desain (business process management).
- Setiap tahap model memiliki titik awal dan akhir yang jelas, sehingga mudah untuk mengelola dan memantau performa bisnis.
- Menjabarkan kebutuhan dan hasil yang jelas.
- Metode yang paling mudah dipahami pemula berkat dokumentasi teknis yang jelas dan rinci.
Kekurangan Metode Waterfall:
- Membutuhkan waktu lebih lama untuk merumuskan hasil akhir.
- Tidak memperhitungkan perubahan pada rencana bisnis atau pengaruh pangsa pasar selama proses perencanaan.
- Tidak fleksibel karena metode ini tidak dapat memenuhi perkembangan atau perubahan orientasi pasar baru yang mungkin terjadi.
2. Agile
Metode SDLC selanjutnya adalah Agile yang mana merupakan metodologi yang paling sering digunakan dalam pengembangan software modern. Metodologi Agile memiliki pengaruh besar dalam banyak aspek pengembangan produk, mulai dari ideation hingga customer experience.
Sama seperti model-model lain, metodologi Agile memecah proyek menjadi beberapa siklus di mana masing-masing siklus akan melewati beberapa atau semua fase SDLC (perencanaan, desain, testing, development, deployment). Akan tetapi, fokus utamanya terletak pada peran manajer proyek, anggota tim, dan stakeholder dalam berkolaborasi atau bekerja sama untuk menyelesaikan proyek dengan siklus feedback dan iterasi yang teratur.
Kelebihan Metode Agile:
- Mampu mengakomodasi perubahan baru yang terjadi selama fase pengembangan tanpa pengeluaran operasional yang tinggi (operating expense).
- Proses pengembangan dan pengujian yang cepat sehingga memungkinkan tim developer menemukan tindakan alternatif tertentu.
- Membantu tim menghemat banyak biaya dan waktu produksi berkat dokumentasi yang lebih sedikit.
Kekurangan Metode Agile:
- Hampir tidak mungkin untuk tim menentukan semua upaya yang diperlukan pada awal pengembangan.
- Berisiko tinggi ketika klien atau end user tidak yakin tentang persyaratan bisnis sehingga dapat memengaruhi pure risk pada perusahaan.
- Membutuhkan sumber daya yang berharga di samping tidak banyak menekankan proses perancangan dan dokumentasi.
Baca Juga:
- Perbedaan User Experience dan Customer Experience, Mana yang Lebih Efektif untuk Bisnis?
- Stakeholder Management : Definisi, Manfaat, Elemen, dan Cara Membuatnya
3. Scrum
Metodologi Scrum adalah salah satu framework atau submodel dari metode Agile yang terkenal akan kolaborasi berkelanjutan (business continuity) dan siklus pengembangan khusus yang disebut Design Sprint. Dengan Scrum, developer dapat mengelola dan meningkatkan proses pengembangan (Supply Chain Management) serta fokus untuk memaksimalkan produktivitas agar transparan bagi semua stakeholder.
Metode Scrum mengacu pada proses-proses SDLC umum namun spesifik pada design sprint. Pertama, tim developer akan merencanakan untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan prioritas Sprint. Kedua, tim akan meninjau user stories menentukan banyaknya upaya yang terlibat dan dapat dilakukan selama Sprint mendatang.
Ketiga, setiap anggota tim harus mengomunikasikan update terbaru pada proses pengembangan (corporate communication). Keempat, setiap anggota tim merundingkan fungsionalitas produk selama sprint kepada klien atau stakeholder. Dan kelima, tim developer bertemu dengan klien untuk membahas keseluruhan performa produk hingga peningkatan-peningkatan yang mungkin diperlukan (demand management).
4. DevOps
Menurut Wikipedia, DevOps sejatinya bukanlah metode SDLC, melainkan sebuah konsep atau praktik yang menggabungkan pengembangan software dan operasi IT untuk memaksimalkan keberhasilan proyek. Metodologi DevOps akan mempersingkat business life cycle dan menyediakan distribusi software berkualitas tinggi secara berkelanjutan (sustainability management).
Dengan metodologi DevOps, tim developer dan operasional bekerja sama untuk mempercepat dan berinovasi penuh dalam penerapan dan pembuatan produk perangkat lunak yang sangat andal. Fokus utama dari penerapan model DevOps adalah feedback berkelanjutan, peningkatan proses, dan otomatisasi sebanyak mungkin dari proses pengembangan manual.
Kelebihan Metode DevOps:
- Mengurangi biaya dan waktu yang harus dihabiskan untuk proses pengembangan yang tidak direncanakan serta perbaikan bug.
- Meningkatkan tingkat loyalitas karyawan (employee retention).
- Tingkat pemulihan kegagalan yang lebih cepat.
- Kredibilitas yang lebih tinggi
Kekurangan Metode DevOps:
- Memicu masalah keamanan yang berisiko tinggi, seperti spoofing dan serangan man in the middle. Sebab, pendekatan pengembangan perangkat lunak ini lebih menyukai percepatan proses pengembangan perangkat lunak daripada pengembangan keamanan.
5. Spiral
Banyak developer yang menganggap metodologi Spiral sebagai salah satu metode SDLC yang paling fleksibel. Metode Spiral dikenalkan oleh Barry Boehm dalam makalahnya tahun 1986 yang berjudul “A Spiral Model of Software Development and Enhancement”.
Model Spiral mengacu pada meta-model yang mana mengevaluasi profil risiko spesifik proyek (risk appetite) sebelum merekomendasikan pendekatan yang memadukan aspek metodologi populer lainnya seperti metode Waterfall. Sehingga, model ini memungkinkan tim developer dapat membangun produk yang sangat disesuaikan.
Umumnya, metodologi Spiral melewati empat fase berulang yang terdiri dari tahapan perencanaan, analisis risiko, rekayasa (engineering), dan evaluasi. Dengan kata lain, setiap iterasi metodologi Spiral dimulai dengan memprediksi potensi risiko dan cara terbaik untuk menghindari atau mengurangi risiko.
Kelebihan Metode Spiral:
- Dapat mengakomodasi perubahan atau fungsionalitas baru pada tahap pengembangan selanjutnya.
- Manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management) yang lebih baik dengan pengembangan berulang.
- Menekankan customer feedback.
- Mendorong pengembangan yang lebih cepat dan penambahan fitur yang sistematis.
Kekurangan Metode Spiral:
- Membutuhkan keahlian manajemen risiko yang lebih tinggi.
- Menjadi metode yang tidak praktis untuk proyek kecil.
Itulah penjelasan singkat beberapa metode SDLC yang perlu Anda ketahui. Pada intinya, metodologi SDLC dapat membantu Anda dalam proses forecast bisnis, terutama sales forecasting untuk memperkirakan jumlah pengeluaran hingga pendapatan (revenue) pada marketing 5.0.
Selain memahami penerapan SDLC, Anda juga bisa memanfaatkan layanan digital marketing agency yang dapat membantu Anda dalam mendukung kesuksesan bisnis. Beberapa strategi marketing yang bisa Anda implementasikan adalah growth hack marketing, inbound marketing, 360 Digital Marketing, serta Data-driven marketing agar perusahaan semakin berkembang pesat.
Baca Juga:
- 17 Tujuan Utama Sustainable Development Goals (SDGs) dan Implementasinya
- Tahapan dan Cara Mengelola Customer Lifecycle untuk Tingkatkan Retensi Pelanggan
inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.