Tujuan dan Cara Membuat Minimum Viable Product (MVP)

Tujuan dan Cara Membuat Minimum Viable Product (MVP)

Setiap perusahaan dari beragam niche dan ukuran (baik itu perusahaan startup, bisnis UKM/UMKM, atau perusahaan besar) pastinya ingin mengembangkan produk yang berkualitas terbaik untuk konsumennya (product-led growth). Akan tetapi, jika bisnis terlalu lama merencanakan produk di samping tren perilaku pelanggan terus bergerak, maka bisnis berisiko kehilangan peluang pangsa pasar bisnisnya (market share). Itulah mengapa sebaiknya pengembang produk mempertimbangkan untuk membuat versi sederhana dari produk akhir terlebih dahulu yang lebih dikenal dengan Minimum Viable Product (MVP).

Banyak pelaku bisnis maupun stakeholder percaya bahwa MVP dapat membantu perusahaan menghindari risiko kerugian dan kegagalan bisnis dalam memasarkan produk. Di mana produk tersebut belum tentu akan diterima dan digunakan oleh segmen pasar. Sehingga, MVP membuat siklus hidup pengelolaan bisnis akan tetap terjaga (business life cycle) dan bisnis dapat berkembang ke arah yang lebih sukses. Serta mendorong pengalaman dan wawasan terbaik pelanggan dalam menggunakan produk (product insight).

Dalam artikel ini, inMarketing akan menjelaskan dengan lengkap seputar teori dasar Minimum Viable Product dan praktik terbaik dalam membuat rancangan produk unggulan.

Apa Itu Minimum Viable Product (MVP)?

Menyadur dari laman situs Net Solutions, minimum viable product atau MVP adalah versi sederhana dari produk yang memiliki fitur berdaya guna tinggi dan mewakili value proposition utama produk. Dengan kata lain, MVP adalah produk yang dapat digunakan, dapat diandalkan, dan memperhatikan kebutuhan pelanggan walaupun produk masih dalam versi sederhana.

Konsep MVP pertama kali diperkenalkan oleh co-founder sekaligus CEO SyncDev, Frank Robinson, pada tahun 2001 silam. Di mana minimum viable product dianggap sebagai kombinasi dari upaya “minimum essentials” yang mana menjelaskan suatu produk dengan fitur dasar yang dapat memuaskan pelanggan awal (customer satisfaction). Lalu, proses bisnis dilanjutkan dengan melibatkan pengambilan feedback pelanggan yang dapat membantu siklus pengembangan produk di masa depan (product life cycle).

Baca Juga:

Manfaat dan Karakteristik Minimum Viable Product (MPV)

Tak sedikit perusahaan yang mengembangkan MVP memiliki tujuan agar mereka bisa meluncurkan produk dengan cepat dengan didasarkan pada ide yang sudah mapan dan membutuhkan biaya bisnis yang relatif kecil. Sehingga, perusahaan produsen produk dapat menjangkau pelanggan yang tepat, menemukan ide pengembangan produk berdasarkan pengalaman (brand experience), dan menghemat waktu operasional bisnis.

Selain itu, adapun tujuan lain dari pengembangan minimum viable product adalah:

digital marketing agency

Itulah mengapa biasanya MVP memiliki karakteristik utama, seperti memiliki value proposition yang unik (unique value proposition), sehingga produk dapat menarik perhatian pelanggan sebagai pengguna akhir produk. Serta merepresentasikan produk yang memberikan manfaat lebih bagi pelanggan di masa depan ketimbang produk kompetitor (customer value proposition).

Cara Membuat Minimum Viable Product (MVP)

Secara garis besar, tahapan pengembangan minimum viable product menyerupai keseluruhan proses pengembangan produk akhir (product roadmap). Hanya saja, seperti pada tujuan utamanya, MVP dikembangkan dalam kurun waktu yang lebih singkat dan membutuhkan lebih sedikit biaya produksi (fixed cost).

Baca Juga:

Berikut adalah langkah-langkah terbaik yang akan membantu manajer produk dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan pembuatan MVP.

1. Lakukan Riset Pasar

Terkadang, ide produk bisnis tidak sesuai dengan kebutuhan pasar atau klasifikasi produk pada umumnya. Oleh sebab itu, sebelum memulai ideasi dan proses pengembangan MVP, manajer produk harus memastikan bahwa calon produk akan memenuhi kebutuhan target pengguna.

Untuk bisa melakukannya dengan sukses, pertimbangkan untuk menjalankan riset pasar atau market research dengan mengadakan survei. Semakin banyak informasi atau data inisiasi produk yang bisnis miliki. Maka semakin tinggi peluang keberhasilan mereka dalam mendukung solusi produk yang akan ditawarkan.

Selain itu, jangan lupa untuk memperhatikan keunggulan kompetitif atau keunikan produk kompetitor (product differentiation). Bila perlu, lakukan riset produk kompetitor secara mendalam. Dengan data kualitatif yang ada, perusahaan dapat memvalidasi kesenjangan yang ada di pasar (gap analysis).

2. Identifikasi Tujuan Bisnis

Cara Membuat Minimum Viable Product (MVP) - Identifikasi tujuan bisnis

Sebelum benar-benar memulai pembuatan MVP, manajer produk juga harus memahami betul apa tujuan bisnis di perusahaannya dalam memasarkan produk (product knowledge). Mereka harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang mengapa posisi brand perusahaan dan produk-produk yang di kembangkan harus berada di pangsa pasar terbaik (product positioning).

Utamanya, tujuan bisnis tersebut dapat terjawab melalui pernyataan misi perusahaan atau corporate communication. Apakah perusahaan berupaya untuk mencapai jumlah pendapatan, ROI, dan/atau volume penjualan tertentu dalam satu tahun ke depan? Atau apakah perusahaan hanya berfokus pada peningkatan engagement pelanggan dan pengurangan biaya akuisisi pelanggan?

Dengan begitu, bentuk sekaligus value produk MVP yang manajer rencanakan dan tawarkan dapat di kembangkan sesuai dengan misi perusahaan.

3. Buat Nilai Tambah Produk

Setelah itu, susun dan jelaskan nilai tambah atau manfaat yang akan produk tawarkan kepada para pengguna. Sehingga pengguna harus segera mencoba produk tersebut. Deskripsi nilai-nilai itu nantinya dapat membantu manajer produk dalam menentukan value proposition produk.

Tipsnya, mulailah dengan menguraikan jenis konsumen sebagai pengguna produk dan bangun MVP berdasarkan kebutuhan mereka. Lalu, prioritaskan semua fitur yang akan di dukung oleh MVP. Untuk memprioritaskan fitur MVP, pertimbangkan hal apa yang pengguna inginkan dari produk. Dan tentukan apakah produk menawarkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka.

4. Petakan User Journey

Sama seperti strategi pengembangan produk pada umumnya, proses desain adalah tahap pengembangan MVP yang sangat krusial. Bahkan pada proses pengembangan produk software sekalipun (software development life cycle).

Oleh karena itu, pengembang harus mendesain produk dengan cara yang nyaman bagi setiap persona pengguna. Atau dengan kata lain, pengembang perlu melihat produk dari sudut pandang perjalanan pengguna atau touchpoint pelanggan serta pain point pelanggan dalam menggunakan produk, mulai dari awal hingga akhir penggunaan produk.

Pemetaan alur pengguna ini juga penting karena membantu pengembang dapat memastikan bahwa tidak ada proses pengembangan yang terlewat sambil tetap mempertimbangkan produk masa depan dan kepuasan pengguna.

5. Luncurkan Produk

Apabila proses pembuatan produk telah selesai, inilah saatnya manajer bisa meluncur produk ke target pengguna utama. Lakukan pula brainstorming dengan pengguna agar tim bisnis dapat mengidentifikasi solusi yang dapat mengatasi permasalahan pengguna.

Setelah itu, evaluasi setiap daftar solusi berdasarkan tujuan bisnis dan tentukan fitur inti yang akan di kembangkan. Dan juga, tentukan fitur yang membuat MVP layak untuk pelanggan gunakan dan perusahaan harus dapat menjual produk setelah di luncurkan. Perlu Anda ingat bahwa minimum viable product bukanlah produk dengan kualitas yang lebih rendah daripada produk akhir. Melainkan produk yang tetap harus memenuhi kebutuhan pelanggan atau orientasi pasar.

Baca Juga:

inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.