Perilaku konsumen atau consumer behavior memang bukanlah sesuatu yang bisa kita prediksi dengan akurat. Meski demikian, bukan berarti hal tersebut tidak dapat kita pelajari dan pahami. Sebab, dengan melihat pola perilaku konsumen, maka kita bisa menjadikannya sebagai bahan acuan untuk meningkatkan customer loyalty dan brand loyalty di masa depan.
Hal ini karena memahami perilaku konsumen merupakan salah satu kunci kesuksesan sebuah bisnis. Bahkan, dengan menganalisa dan memprediksi perilaku konsumen, bukan hal yang mustahil apabila Anda dapat mencegah terjadinya Osborne Effect. Yaitu fenomena ketika calon pembeli mengurungkan niatnya untuk membeli suatu produk akibat strategi marketing yang salah.
Oleh sebab itu, melalui artikel berikut ini, kami akan mengajak Anda untuk menganalisa pola perubahan dan prediksi consumer behavior di tahun 2022 mendatang, agar Anda dapat menentukan perencanaan bisnis serta strategi pemasaran yang tepat.
Apa Itu Consumer Behavior?
Melansir dari Brandwatch, consumer behavior adalah studi tentang individu dan organisasi, serta bagaimana mereka memilih dan menggunakan produk. Ini merupakan bagian dari market research yang bertujuan untuk memahami motivasi dan pola tingkah laku seseorang sebagai konsumen.
Market research atau riset pasar adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang target pasar dan menganalisis data tersebut untuk memberikan jawaban atas masalah yang timbul dalam bisnis.
Melalui riset pasar yang tepat, maka Anda akan mengetahui bagaimana kecenderungan consumer behavior ke depannya. Hal ini bisa Anda jadikan sebagai salah satu bekal untuk menentukan jenis strategi pemasaran, strategi promosi dan marketing campaign yang tepat sasaran. Sehingga brand loyalty pun akan turut meningkat.
Faktor yang Mempengaruhi Consumer Behavior
Sebelum menganalisa pola perilaku konsumen dan membuat prediksi, Anda harus lebih dulu mengetahui faktor apa saja yang bisa mempengaruhinya. Yaitu:
1. Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan minat dan pendapat seseorang sebagai konsumen. Secara khusus, faktor ini juga dipengaruhi oleh demografi seperti usia, jenis kelamin, budaya, profesi, latar belakang, dan lain-lain. Maka dari itu, Anda harus mengelompokkan konsumen sesuai dengan karakteristik mereka melalui STP.
STP artinya strategi yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu Segmentation, Targeting, dan Positioning.
Baca Juga :
- Manfaat Segmentasi Firmographics dan Faktor Penentunya
- Mengenal behavioural Segmentation Dan Cara Mengelompokkannya
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan respons dan sikap individu terhadap kampanye pemasaran suatu brand serta kebutuhan pribadi sebagai seorang konsumen. Jadi, jika strategi marketing Anda kurang berhasil, bisa jadi ada kesalahan dalam kampanye pemasaran yang Anda lakukan.
Kampanye pemasaran atau campaign adalah strategi dalam mempromosikan suatu aspek tertentu dari bisnis. Namun, terkadang kegagalan pemasaran juga terjadi karena kebutuhan konsumen.
Bisa jadi, produk Anda tak terlalu banyak diminati oleh mayoritas konsumen, atau mungkin ada yang salah dalam penargetan pasar yang Anda lakukan.
3. Faktor Sosial
Faktor ini meliputi pengaruh lingkungan, pengaruh media sosial, kelas sosial, pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk melakukan riset pasar sebelum melakukan product launch atau meluncurkan suatu produk.
Hal ini supaya produk atau jasa yang ingin Anda luncurkan dapat menyasar konsumen yang tepat. Selain itu, perlu adanya strategi business development yang baik untuk menghasilkan banyak leads yang bisa Anda konversi menjadi pelanggan potensial.
Leads adalah sekumpulan pelanggan yang menanggapi atau menunjukkan minat pada produk atau layanan bisnis setelah membaca sebuah kampanye pemasaran. Nantinya, leads ini bisa menjadi pelanggan potensial.
Prediksi Consumer Behavior di Tahun 2022
Setelah mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi consumer behavior, maka Anda bisa menganalisisnya untuk memprediksi perubahan apa saja yang akan terjadi ke depannya. Berikut ini adalah 6 prediksi consumer behavior di tahun 2022, melansir dari Forrester.
1. Transaksi Digital Masih Menjadi Pilihan Utama Customer
Consumer behavior di 2022 diprediksi masih sangat mengandalkan transaksi digital untuk berbelanja kebutuhan. Hal ini karena sejak awal pandemi tahun 2020 lalu hingga saat ini, transaksi digital terus mengalami kenaikan pesat. Hal ini diperkirakan akan terus berlangsung sampai beberapa tahun mendatang.
Dengan kecenderungan meningkatnya transaksi digital ini, sudah tentu para customer berharap bisa mendapatkan pengalaman pelayanan dan customer experience yang lebih memuaskan daripada tahun ini. Customer experience adalah pengalaman customer yang berhubungan dengan produk atau jasa dari bisnis Anda.
Dengan demikian, Anda harus menyiapkan pelayanan digital yang lebih baik lagi. Misalnya dengan memperbaiki user experience (UX) agar customer tidak kesulitan saat melakukan transaksi.
2. Customer Menginginkan Produk yang Memberikan Kenyamanan
Prediksi berikutnya yaitu di tahun 2022 nanti akan ada banyak konsumen yang beralih ke produk yang dapat memberikan kenyamanan. Beberapa contoh barang yang banyak dicari misalnya produk relaksasi seperti lilin aromaterapi, alat gym, hingga peralatan spa.
Hal ini sesuai dengan tren perilaku konsumen di tahun sebelumnya, dan diprediksi akan terus berlanjut di tahun 2022. Sebab, kebijakan selama pandemi membuat banyak orang mau tak mau mencari hiburan di rumah saja. Hal ini mau tak mau menjadi alasan kenapa mereka berusaha meredakan kebosanan dan stres dengan membeli produk yang dapat membantu untuk relaksasi.
Baca Juga :
- 10 Strategi Branding Unik Untuk Meningkatkan Merek Anda
- Membangun Brand Authority untuk Tingkatkan Kepercayaan Pelanggan
3. Customer Hanya Akan Belanja Saat Benar-Benar Membutuhkan Barang
Ekonomi memang menjadi salah satu bidang yang paling terdampak akibat pandemi. Hal itu juga berpengaruh pada kebiasaan konsumen dalam mengelola keuangan mereka.
Menurut Forbes, hal tersebut membuat customer akan menjadi lebih bijaksana dalam membeli barang. Sehingga mereka akan membeli barang saat benar-benar membutuhkannya saja. Prediksi ini bisa menjadi acuan supaya brand Anda beradaptasi dengan selalu menyediakan informasi mengenai ketersediaan barang.
4. Kebutuhan untuk Bepergian Terus Meningkat
Tahun 2022 diprediksi akan terjadi perubahan consumer behavior, di mana mereka mulai bepergian kembali setelah merasa jenuh akibat pandemi. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan pelayanan untuk melakukan aktivitas bepergian yang lebih aman dan nyaman.
Pilihan utamanya tentu saja memilih brand yang mampu memberikan pelayanan dan dukungan untuk keamanan serta kemudahan saat bepergian.
5. Mudah Tergoda Iklan di Media Sosial
Sejak pandemi hingga saat ini, mayoritas customer lebih sering berada di rumah dan menghabiskan sepanjang waktu untuk berselancar di media sosial. Hal tersebut rupanya membentuk consumer behavior baru, yaitu lebih mudah tergoda oleh iklan di platform media sosial.
Kecenderungan ini diyakini akan terus berlanjut hingga tahun 2022 dan seterusnya. Dengan demikian, maka Anda harus pandai memanfaatkan hal tersebut.
Lakukan riset pasar di media sosial. Kemudian cobalah untuk lebih aktif menggunakan berbagai platform media sosial sebagai sarana promosi. Buat konten marketing dan iklan yang menarik agar customer lebih mudah tergoda untuk melakukan transaksi.
Jangan lupa juga sertakan promo atau diskon agar mereka lebih mudah terpikat.
6. Gaya Hidup Menjadi Lebih Fleksibel
Menurut VTT, kebijakan work from home atau bekerja jarak jauh masih diperkirakan akan tetap terus diberlakukan oleh sejumlah perusahaan. Hal tersebut tentunya juga berpengaruh pada gaya hidup customer yang lebih fleksibel.
Permintaan akan produksi pakaian santai di rumah atau makanan ringan untuk menemani aktivitas kerja akan terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, maka brand harus bisa melihat peluang bisnis dari hal tersebut. Misalnya dengan memproduksi beragam barang untuk memenuhi gaya hidup fleksibel para customer.
Demikian ulasan mengenai prediksi consumer behavior di tahun 2022 yang perlu Anda ketahui untuk mempersiapkan strategi pemasaran jitu ke depannya.
Selain mempelajari prediksi consumer behavior, Anda juga bisa menggunakan layanan digital marketing agency untuk membantu mengembangkan bisnis. Beberapa strategi marketing yang bisa diimplementasikan adalah growth hack marketing, inbound marketing, 360 Digital Marketing, serta Data-driven marketing agar perusahaan semakin berkembang pesat.
Baca Juga :
- Cara Menerapkan Growth Hacking untuk Start Up
- Pengertian Inbound Marketing dan Perbedaannya Dengan Outbound Marketing
inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.