Dalam membangun dan mengembangkan perencanaan bisnis, manajemen risiko menjadi salah satu hal yang tidak boleh Anda lewatkan. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui beberapa jenis risiko yang akan Anda hadapi ketika menjalankan perusahaan. Salah satunya adalah pure risk yang akan kita bahas melalui ulasan di bawah ini.
Pada dasarnya, membangun perusahaan tidak hanya seputar mencari keuntungan saja. Anda juga harus meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. Bagi pebisnis pemula,mungkin belum terlalu memahami apa yang dimaksud risiko murni ini.
Padahal, memahaminya merupakan hal krusial agar lebih bisa sigap menyiapkan hal yang harus dilakukan berikutnya.
Apa Itu Pure Risk?
Pada dasarnya, pure risk merupakan salah satu risiko dalam bisnis di mana potensi kerugian ada, namun kemungkinan keuntungan tidak ada. Dengan demikian, fokusnya adalah mengenai potensi loss atau kerugian untuk jenis risiko yang satu ini.
Ada beberapa contoh mudah untuk mendefinisikan risiko murni, misalnya kebakaran, gempa bumi, kecelakaan, gunung meletus, tanah longsor, banjir, dan lain sebagainya. Risiko ini apabila terjadi jelas akan menimbulkan kerugian, bukan? Sedangkan jika tidak terjadi maka perusahaan tidak mengalami kerugian apapun.
Risiko murni hanya akan memberikan dua hasil yaitu kerugian total atau tidak ada kerugian sama sekali apabila tidak terjadi. Risiko ini tidak bisa perusahaan kendalikan dan memang tidak ada potensi keuntungan di dalamnya.
Bencana alam seperti kebakaran dan banjir tentunya merupakan situasi yang lazim namun tidak dapat diprediksi. Hal-hal tersebut berada di luar kendali siapapun,termasuk pihak perusahaan. Nama lain dari risiko murni adalah risiko absolut.
Poin-Poin Penting dalam Memahami Pure Risk
Setelah memahami pengertian risiko murni ini, terdapat beberapa poin penting yang sebaiknya tidak diabaikan, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak Dapat Dikendalikan
Siapapun tidak dapat mengendalikan risiko murni. Tak heran jika jenis risiko ini memang harus dihadapi dalam jenis bisnis apapun. Mungkin usaha meminimalisirnya ada, namun tidak benar-benar menghilangkannya sama sekali.
Oleh karena itu, perusahaan harus mengingat bahwa risiko ini memiliki dua kemungkinan, yaitu kerugian total atau tidak ada kerugian.
Baca Juga :
- Manfaat Risk Appetite dan Aspek Penting Didalamnya
- Cara Menghitung Rate of Return (RoR) dan Perbedaannya dengan ROI
2. Tidak Ada Keuntungan
Dengan risiko murni, pada dasarnya benar-benar tidak ada keuntungan yang bisa perusahaan capai. Meski demikian, tidak ada perusahaan yang bisa terbebas dari jenis risiko ini. Peluang terjadinya tetap ada dan harus Anda waspadai.
3. Terbagi Menjadi Beberapa Tipe
Risiko absolut ini bisa terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu risiko murni pribadi, properti, dan tuntutan. Masing-masing memiliki perbedaan dan dampaknya pun bisa terjadi pada beberapa lini perusahaan.
4. Bisa Diasuransikan
Ada berbagai macam risiko murni yang ternyata bisa Anda asuransikan. Dengan mengedepankan asuransi, ini adalah salah satu bentuk keseriusan perusahaan menghadapi risiko absolut.
Adakah Manfaat dari Pure Risk?
Melihat beberapa contoh dari risiko murni, memang pasti tidak ada manfaat yang terukur jika hal itu benar-benar terjadi. Sebaliknya, Anda akan menghadapi dua buah kemungkinan. Di satu sisi, risiko ini mungkin tidak akan terjadi sehingga tak ada kerugian apapun.
Sedangkan apabila terjadi, ada kemungkinan kerugian total yang tentunya cukup merepotkan jika tidak ada asuransi. Baik risiko murni pribadi, properti, dan kewajiban memang memiliki potensi yang serupa. Oleh karena itu,perusahaan harus melakukan upaya untuk meminimalisirnya.
Bagaimana Cara Meminimalisir Pure Risk?
Anda tentu setuju bahwa risiko murni memang berada di luar kontrol Anda. Namun, perusahaan bisa melakukan beberapa upaya guna meminimalisirnya. Perusahaan bisa melakukan pengurangan, penghindaran, penerimaan, dan pemindahan.
Salah satu metode untuk mengurangi pure risk adalah dengan mendaftarkan perusahaan ke pihak asuransi. Jadi, perusahaan memang perlu menyiapkan budget untuk membeli polis asuransi.
Pada dasarnya, ada beberapa contoh risiko murni yang bisa diasuransikan. Contohnya perusahaan yang mengasuransikan mobil pemegang polis dari tindakan pencurian. Ketika mobil perusahaan dicuri, maka yang menanggungnya kerugiannya adalah perusahaan asuransi.
Namun apabila tidak dicuri, perusahaan tidak mendapatkan keuntungan apapun. Pada dasarnya, risiko murni ini mungkin bertentangan dengan jenis risiko lainnya,yaitu risiko spekulatif. Dalam hal ini, investor memang menyadarinya bahwa untuk berpartisipas dalam bisnis pasti menimbulkan keuntungan atau kerugian.
Baca Juga :
- Tujuan, Manfaat dan Cara Melakukan SWOT untuk Bisnis
- Cara Membuat Financial Modeling yang Baik dan Benar
Jenis-Jenis Pure Risk
Seperti yang telah kita ketahui, risiko murni ini terbagi menjadi risiko pribadi, properti, dan tuntutan. Untuk lebih memahaminya, berikut ulasan detailnya.
1. Risiko Pribadi
Pada dasarnya, jenis risiko murni pribadi akan mempengaruhi individu secara langsung. Tak heran jika akhirnya pendapatan akan menghilang sehingga terjadi peningkatan biaya secara signifikan. Contohnya pengangguran yang dapat menimbulkan beban finansial dan hilangnya pendapatan.
Begitu pula dengan tunjangan-tunjangan yang biasanya hadir ketika bekerja. Tidak hanya itu, contoh lainnya adalah pencurian kartu kredit sehingga membuatnya disalahgunakan.
Begitu pula dengan kondisi kesehatan memburuk dan akhirnya membuat tagihan medis membengkak. Daya penghasilan dan tabungan pun menipis seiring terjadinya risiko murni ini.
2. Risiko Properti
Risiko murni lainnya adalah risiko properti dalam keadaan rusak karena kekuatannya mulai berkurang. Bisa pula terjadi karena memang bahan bangunan yang digunakan berkualitas rendah. Contoh dari risiko ini adalah kerusakan karena kebakaran, angin topan, tornado, hujan badai, dan lainnya.
Kerusakan properti terkadang begitu parah sehingga mengganggu kegiatan perencanaan penjualan dan operasi perusahaan. Tidak hanya itu, ada pula yang rusak pada beberapa bagian saja. Namun, tetap saja hal tersebut membuat perusahaan harus menyiapkan incremental cost khusus untuk menyelesaikannya. Kecuali jika bagian tersebut memang ada yang bisa diasuransikan.
3. Risiko Tuntutan
Perusahaan juga harus menyiapkan diri dari risiko tuntutan yang terjadi. Sebaiknya siapkan budget untuk hal ini karena suatu saat mungkin terjadi.
Contohnya ketika seseorang menuntut suatu perusahaan karena setelah terluka di jalan masuk yang masih termasuk area. Setelah itu, orang tersebut menuntut biaya pengobatan, kerusakan, dan kehilangan pendapatan karena kejadian tersebut.
Tidak hanya itu, tuntutan juga bisa terjadi karena seorang konsumen yang merasa tidak puas dan rugi. Tak heran jika akhirnya ia menuntut perusahaan karena kerugian tersebut.
Asuransi Terhadap Pure Risk
Mengingat jenis risiko ini memang tidak bisa Anda kendalikan,maka tentu perusahaan harus meminimalisirnya. Risiko murni memang tidak sama seperti risiko spekulatif yang mungkin bisa Anda cegah.
Pure risk pada dasarnya bisa Anda asuransikan, baik itu risiko murni pribadi, properti, maupun tuntutan. Setiap individu bisa melakukannya dengan menghubungan risiko murni ke perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Contohnya pemilik hunian mengasuransikan propertinya untuk melindungi diri dari bahaya yang menyebabkan risiko kerugian dan kerusakan.
Berbeda dengan risiko spekulatif yang mungkin jumlah angkanya tidak bisa Anda prediksi. Sedangkan dalam risiko murni bisa Anda perkirakan berapa jumlah kerugian dan yang akan pihak asuransi tanggung.
Dengan memahami pure risk, perusahaan maupun individu jadi mengetahui bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita kendalikan. Hal-hal tersebut mungkin saja terjadi sehingga menyebabkan kerugian. Untuk meminimalisirnya, perusahaan bisa mendaftarkan diri ke pihak asuransi pada beberapa bagian risiko murni.
Baca Juga :
inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.