Hingga saat ini, sudah ada banyak cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengoptimasi SEO website. Adapun salah satu cara atau strategi yang paling efektif namun masih jarang digunakan adalah memanfaatkan schema markup.
Sebagai seorang content writer atau marketer yang bertanggung jawab memasarkan produk (product marketing) atau layanan brand (services marketing) melalui saluran pemasaran konten (content marketing), schema markup perlu dipertimbangkan untuk dioptimalkan.
Sebab, walaupun hanya sekumpulan kode yang tampak tidak begitu rumit, schema markup bisa mendatangkan lebih banyak traffic pada website. Sehingga, konten website berkesempatan mendapatkan ranking tertinggi di halaman hasil pencarian.
Apalagi dengan pembaharuan algoritma Google dan metrik content marketing yang ada saat ini mengharuskan marketer untuk memperhatikan segala faktor perencanaan dan penyusunan konten yang berkualitas. Dengan tujuan membuat konten yang SEO friendly dan memiliki struktur konten yang mudah terbaca oleh search engine index Google.
Bagi marketer di bidang digital marketing yang belum terbiasa dengan strategi penerapan schema markup dan bagaimana itu dapat meningkatkan visibilitas konten digital di search engine. Artikel dari inMarketing berikut akan membahas konsep dasarnya, lalu juga macam-macam jenisnya, serta cara terbaik untuk menyusun schema markup.
Apa Itu Schema Markup?
Menurut laman situs Neilpatel, schema markup adalah sekumpulan kode yang berguna agar mesin pencari lebih memahami informasi di suatu website dan bisa menampilkan informasi singkat namun informatif di search engine result page (SERP) Google.
Hal ini sejalan dengan makna schema yang mana merupakan sekumpulan bahasa yang berguna untuk merepresentasikan data aktual yang juga disebut structured data. Data yang terstruktur ini akan mengatur konten di halaman website agar informasi di dalamnya dapat mudah dipahami oleh Google.
Sehingga, kode markup ini membuat search engine dapat mengenali makna dan hubungan di balik informasi-informasi di dalam website yang mana akan ditampilkan sebagai featured snippet. Alhasil, pengguna dapat lebih mudah dan cepat dalam menemukan informasi penting yang mereka inginkan. Serta menguntungkan pemilik website karena akan meningkatkan hasil click-through rate (CTR) dan user experience (UX).
Baca Juga:
- Anchor Text: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengoptimalkannya
- 10 Metrik Website untuk Mengukur Performa Konten Marketing
Jenis Schema Markup
Hingga saat ini, diketahui ada ratusan jenis schema markup yang mana merepresentasikan jawaban atas banyak pertanyaan berbeda yang pengguna cari melalui search engine. Namun, inMarketing akan bahan delapan jenis markup yang umum di pakai oleh pemilik website.
1. Organization Markup
Organization markup adalah jenis markup pada search engine yang berguna untuk menjelaskan identitas suatu perusahaan, mulai dari logo resmi, info kontak, lokasi, dan profil sosial. Markup ini sangat efektif membantu pemilik bisnis dalam menyajikan informasi yang audiens butuhkan saat audiens tersebut ingin mengenal perusahaan dengan lebih dalam dan ingin menghubungi perusahaan.
2. Review Markup
Markup untuk review berguna untuk menampilkan rating yang biasanya terletak bagian bawah entri konten di halaman SERP. Fitur rating ini akan sangat bermanfaat bagi pelanggan yang cenderung suka membeli produk atau layanan tertentu berdasarkan ulasan. Rating tersebut akan menunjukkan kepada pelanggan apa yang orang lain pikirkan tentang situs atau produk di situs tersebut.
3. Sitelink Markup
Sitelink markup berguna bagi perusahaan yang ingin menambahkan link navigasi tambahan ke daftar relevan di laman SERP. Alih-alih hanya mencantumkan link ke beranda atau landing page website, pengguna juga dapat melihat link ke halaman penting lain dari website. Misalnya, link yang mengarah ke menu produk, profil dan kontak perusahaan, dan lain-lain.
4. Product Markup
Product markup adalah jenis markup yang mana umum di pakai oleh bisnis yang menjual sebuah barang atau jasa. Seperti namanya, markup ini akan memberi tahu Google tentang informasi-informasi dasar produk yang ada di dalam suatu website. Sehingga pengguna akan dapat melihat lebih banyak detail produk secara langsung di halaman SERP.
5. Person Markup
Selanjutnya, person markup bertujuan untuk menampilkan informasi seorang individu, misalnya nama, tanggal lahir, alamat, pendidikan, dan anggota keluarga. Google berasumsi bahwa jika pengguna mencari informasi seseorang berdasarkan nama, maka pengguna tersebut mungkin sedang mencari beberapa informasi dasar tentang orang tersebut.
Baca Juga:
- Panduan Cara Membuat Internal Link Untuk Optimasi SEO
- 7 Langkah Mudah Optimasi On Page SEO Untuk Pemula
6. Local Business Markup
Local business markup sangat penting bagi perusahaan maupun bisnis. Sebab, markup ini dapat menunjukkan elemen website yang berisi informasi kontak, alamat, dan detail penting lain dari suatu bisnis. Di mana Google kemudian menampilkan informasi itu di local business panel yang berada di sisi kanan SERP.
7. Article Markup
Pada dasarnya, article markup paling sering di pakai oleh situs berita dan situs blog. Schema markup tersebut akan memudahkan search engine untuk memahami konten yang menarik berdasarkan judul, waktu terbit, gambar unggulan, dan bahkan video.
8. Video Schema Markup
Jenis markup yang terakhir adalah schema untuk konten yang berbasis video. Video markup adalah cara terbaik untuk membantu Google crawling dan indexing video yang ada di dalam suatu website. Penggunaan schema ini juga dapat membantu video dalam suatu website untuk muncul di Google video search, di samping harus tampil di YouTube.
Cara Membuat Schema Markup
Lantas pertanyaannya adalah bagaimana cara yang tepat untuk membuat atau menyusun schema markup pada konten website? Eits, tak perlu khawatir karena Anda bisa mengetahuinya dengan membaca tutorial lengkapnya di bawah ini.
1. Akses Structured Data Markup Helper Google
Cara pertama dalam membuat schema markup yang paling mudah adalah dengan menggunakan tools Structured Data Markup Helper milik Google.
2. Pilih Tipe Data
Setelah itu, pilih salah satu tipe data umum dari daftar structured data yang diberikan. Sebagai contoh, di sini kami pilih tipe data “Articles”.
3. Salin URL
Lalu, salin URL halaman web yang ingin di beri markup. Pastikan URL yang Anda salin adalah URL situs yang sudah terupload ke Google. Anda juga memiliki opsi untuk menempelkan kode HTML. Apabila berhasil menyalin URL, selanjutnya klik “Start tagging”.
Tunggu beberapa saat karena tools markup helper tersebut sedang memuat halaman web yang Anda ingin beri markup, sehingga Anda dapat segera mulai menandainya. Halaman web akan muncul di sisi kiri dan item data akan muncul di sebelah kanan.
4. Mulai Marking Page
Apabila halaman web sudah selesai dimuat, maka Anda bisa mulai memberi tanda atau marking bagian yang ingin dioptimalkan dengan schema markup.
Pertama-tama, highlight atau block kata atau kalimat yang akan di beri schema. Lalu, klik kanan pada kata atau kalimat yang sebelumnya sudah di-highlight dan pilih item data dari menu yang muncul.
5. Generate HTML
Apabila proses marking sudah selesai, klik tombol “Create HTML” yang berada di kanan atas layar. Anda akan menerima kode yang dapat Anda tambahkan ke dalam situs.
6. Menambahkan Bahasa Kode
Selain kelima tahapan di atas, Anda juga bisa gunakan cara lain dengan mengaplikasikan satu dari tiga bahasa ke dalam kode HTML laman situs untuk memberi tahu search engine tentang apa yang ada di laman web. Ketiga bahasa tersebut adalah:
- JSON-LD adalah skrip yang ditambahkan sebagai blok data, sehingga akan terpisah dari kode halaman lainnya. Google merekomendasikan penggunaan JSON-LD karena blok data milik JSON-LD lebih mudah di atur dan di ubah atau di edit ketika sewaktu-waktu diperlukan.
- Microdata hampir sama seperti JSON-LD di mana merupakan skrip yang ditambahkan sebagai blok data, namun memiliki format yang berbeda. Kode microdata harus disematkan ke dalam HTML halaman web yang mana kondisi tersebut kurang ramah bagi pemula untuk menulis dan memperbarui kode schema.
- Resource Descriptive Framework in Attributes (RDFa) hampir sama seperti microdata karena dapat ditambahkan ke kode halaman web melalui tag dan atribut HTML. RDFa membuat pemilik website dapat mengintegrasikan laman konten dengan aplikasi atau platform lain yang juga menggunakan schema markup.
Baca Juga:
- Panduan Optimasi Local SEO untuk Optimalkan Bisnis
- 5 Cara Melakukan Content Audit Untuk Memaksimalkan Content Marketing
inMarketing adalah Digital Transformation Consultant dan Digital Marketing Strategy yang fokus pada Leads Conversion, Data-Driven dan Digital Analytics. Kami membantu korporasi untuk tumbuh lebih cepat dengan Marketing Technology Strategy. Konsultasi dengan kami? Contact.